Judul:Morning Light
Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2010
Jumlah Halaman: 180 halaman
halo semuanya, aku kangen kalian :'). ada yang kangen aku? #plak *abaikan* lama gak ngapdet ini blog, lama gak bikin postingan, lama gak mbaca novel. hihi :D akhirnya, hari ini, tepat tanggal 11 September 2011, saya mendapat kesempatan itu kembali *?*
well, sebenernya ini novel udah aku baca kurang lebih 3 bulan yang lalu. hehe :D tapi karena kemalasan saya untuk mempostingkan di blog tercinta ini *ceilah*, jadi yaa nunggu mood booster dulu buat mosting. hehe ;D
oke, aku gak bisa membohongi perasaan dan hatiku (aduh, kok jadi melow gini yak?). novel ini top markotop dah. sebenernya aku baca ini novel atas anjuran one of my besties yang bilang, "morning light adalah novel kedua yang berhasil bikin aku nangis." Gimana gak penasaran coba, novel yang berhasil bikin aku nangis sampek detik ini cuma Waktu Aku Sama Mika dan Surat Kecil Untuk Tuhan.
And you know what happenned after i read this? aku sama sekali gak nangis, setetes airmatapun enggak. tapi, aku berhasil jatuh cinta sama ini novel ♥ ♥ ♥ aku suka cara penulis mengungkapkan setiap kalimat kalimatnya.
cuss, lanjut! novel ini menggabungkan antara cinta, sahabat, keluarga, dan konflik didalamnya dan perpaduan semua unsur tersebut dipadu dengan sangat luar biasa. amazing. ah, i am melting *?*
persahabatan itu terdiri dari Devon, Sophie, Julian, dan Agnes. Keempatnya berlatar belakang berbeda.
Devon-- dia cowok satu-satunya dari 3 bersaudara. Ayahnya mantan pemain sepakbola dan karena itulah ayahnya selalu memaksa dia untuk bermain sepakbola dan HARUS menjadi pemenang dalam setiap perlombaan. Jujur, aku sebel sama ayahnya, kenapa dia harus memkasaan kehendaknya?
Sophie-- Sophie memiliki ayah yang hobi fotografi dan ibunya seorang penulis terkenal. Awalnya, Sophie memaksakan diri untuk menjadi penulis seperti mamanya. Namun, as we know kalo sesuatu yang dipaksakan itu hasilnya gak bakal baik, bener aja! Tulisan Sophie yang ia kirim ke sebuah penerbit ditolak mentah-mentah. satu hal yang bisa aku petik dari Sophie adalah kita harus bisa jadi diri sendiri, bukan memaksakan untuk menjadi orang lain. Endingnya, Sophie ini menjadi fotografer :)
Julian-- one word, CERDAS! Semua bidang ia kuasai, andaikan Julian itu kekasihku yaa.. kagum deh!! (plak!) hehe :D keluarga Julian juga keluarga cerdas. kakak Julian, namanya "Daniel" berhasil menyambet medali perak pada olimpiade internasional. Tapi, saat Julian diminta untuk mengikuti olimpiade seperti kakaknya, ia menolak! ia malah memilih untuk mengikuti lomba karya ilmiah sejarah gitu.
dan terakhir.
Agnes-- Awalnya ia punya kakak yang cerdas namanya Jessica. Tapi, Jessica meninggal pada sebuah kecelakaan. Walhasil, dia jadi anak tunggal. Agnes selalu berusaha menjadi seperti jessica yang cerdas dan akan menjadi penerus orang tuanya menjadi dokter. Tapi, ia tak berhasil.
Aku paling kasian sama Agnes. Disatu sisi, aku salut sama usahanya Agnes tapi aku juga kasian karena udah mati-matian berusaha untuk menunjukkan pada orang tuanya bahwa dia juga bisa menjadi kebanggaan seperti alm. kakaknya
cuss, cabut ke ending. Ending novel ini yaa menyenangkan sekali. happy ending :). gini dong kalo bikin ending, jadi pembacanya itu berasa puas baca novelnya. *lirik sebuah novel di rak buku yang endingnya maksa sampek pengen ngucek ngucek tuh novel padahal ceritanya udah bagus, hehe*
Endingnya, Devon sama Sophie jadian. sedangkan Julian sama Agnes :) sesuai yang aku harapkan. you should read this novel :)
sekiaan :)
2 komentar:
baru beres baca tadi nih haha :D
emang ceritanya menarik tapi, menerut saya bahasanya terlalu kaku.. iya ngga? :)
Bgs
Posting Komentar